Selasa, 17 Januari 2012

tigabelas

Rebahkan asamu dalam genggamku.
Indah, layak melodi tengah begeming.
Violet ku tak usang menunggumu
Atas rindu menggebu serta cinta merona.
Namun, bisakah kau sadar akan itu ?

Semaikan cintamu diufuk kalbuku.
Ombak pun tak kan mampu leburkan janji.
Persembahan hati yang tak kan terbagi.
Indah, biarkan ia indah.
Agar tak terabai risalahku untuk memilikimu.
Namun masih mampukah kau fahami rasaku ?

duabelas

Rona mega selalu buatku kagum.
Inginku satu, menyaksikannya bersamamu hingga malam pudarkan rona.
Violet ku enggan usai menantimu.
Atas rinduku ...
Nadiku lemah menunggu.

Sepi tak lagi menyepi.
Ombak ramai berdebur menuju pantai.
Penat aku melihat, masih saja sepiku merambat.
Indahkah aku tuk genggam asamu ?
Atas anganku ..
Nadiku lemah menantimu.

sebelas

ku kayuh pedal lusuh.
ku harap ia tak kan rapuh saat ku tetesi peluh.
sejenak ku pandangi pusaran roda dunia.
Hey , berhentilah !
Aku muak atas nya .

bisakah ku puji hari saat mentari hanya memuja mereka ?
lalu aku ?
Habis terbakar dengki yang kian menjadi .

damai ku nanti .
Ku harap kan genggam hari meski aku tak bermimpi .
Kau tau ?
Aku terlempar saat kalian saling tampar .
Lihatlah, gadismu ini hanya ingin tersenyum ..

aku lelah ..
tak peduli pusaran yang masih putarkan hidup.
Harap ku lenyap tertelan gelap.
Aku lelah ..

sepuluh

hitam dunia menghujam.
tersungkur lemah terselubung amarah.
selalu ku teriak tentang-Mu dengan berontak.
setauku kau tak adil untuk hidup ku, namun ternyata keliru.
tetap Kau sisihkan tempat berlabuh meski selalu ku menjauh.

kembali merintih dan tertatih.
tetap kau terima tanganku meski lama ku keliru.
kembali ku teriak hingga jiwa tersentak.
masihkah Kau sisihkan ladang ampunan Mu untuk ku ?

tlah lama damai ku nanti.
tlah bosan tenang ku kenang.
aku malu, merasa telanjang dihadapan-Mu.
satu, Tuhan ...
rengkuh jiwaku saat nadiku mulai lusuh.
terkam imanku saat bimbang mulai menggenggam.
lalu, biar ku terlelap saat dunia kembali gelap.

sembilan

Ingin ku ukir awan dalam angan,
ku fikir ia kan indah saat ku lukis senyum mu disana.
ku semaikan hati, yakini hadir mu kan jadi takdirku,
ku fikir senyumku tak kan usang meski tertelan waktu.

wangi ...
ku fikir asa ku terlalu cepat mekar , bahkan tak terkendali .
terlanjur ku selami nadi tanpa tau ku hanya bermimpi.

kau fikir indah ?
dapat temui cinta sementara kau buta atas asa yang ku cipta .
kau fikir mudah ?
hanyutkan asa dan menelan pedih sementara kau tak peduli meski asa tak ku harap pamrih .

maaf jika kau anggap ini khilaf.
ampuni jika aku tak tau diri.
tak perlu hakimi diri karna cinta yang menghampiri.
tolong .. buka sedikit celah agar dapat kau rasakan denyut rinduku.

aku begitu mencintaimu .

catatlah dalam angan mu,
tak lagi asa ku melangkah.
ingatlah dalam mimpi mu,
rinduku hanya ingin berlari menuju genggam mu.

delapan

terduduk diam dalam ragu.
layak terlempar namun tetap bungkam.
aku terinjak .
menjadi bahan cemooh tak layak.
aku masih bungkam menelan geram.

tak perlu berbual.
sebelum kau lisani akupun mengerti.
maaf, aku hanya wanita tak berjiwa.
berharap temukan asal rusuk yang kan segera menopang langkah ku.
maaf, aku hanya wanita sederhana tak berharta
berangan temukan bahu yang kan membuatku hangat saat aku tersesat.
maaf, jika aku terlalu berharap.

tak banyak,
aku hanya ingin cinta yang dapat membuatku nyaman setiap kali aku bernafas.
tak perlu rupa karna ku tau aku tak sempurna.
tak perlu materi karna ku tau tak ada yg ku miliki.
tak perlu syarat karna yg ku tau cinta hanya perlu isyarat.

tujuh

tak pernah lagi ku miliki hari,
tersenyum ramah pada mentari ataupun menyapa hangat sejuk pagi
tak lagi ...
terlanjur ku terluka,
bergelut dengan hampa asa.
tak perlu kau pandangi raga, cukup kau sentuh hati yang telah lama kau campa.

yaa, selalu tentang mu.
mungkin lenganku muak atas ukiran kalimat yang tak luput dari namamu,
aku yang tak pernah tau tentang aku yang selalu merindu,
menunggu harum rindu yang kan segera kau serahkan dalam genggam ku.

kembalilah ...
aku hampir tak berakal saat raga lemah.
aku hampir tak bernyawa saat jiwa lelah namun hati enggan menyerah.
kembalilah ..
kau tau ini tak hanya sebuah risalah
namun lantunan hati yang memintamu kembali tanpa henti.

Fahamilah ..
fahami atas asa yang tak pernah bisa ku lisani
fahami atas rindu yang tak pernah bisa terpenuhi
fahami atas cinta yang tak kan pernah lagi ku bagi.

merunduklah sejenak.
rasakan tangisku atas cinta yang tak bisa ku elak.
beri aku waktu tuk sekedar merasa aku memiliki arti meski tak banyak.
beri aku masa dimana aku bisa bahagia agar tentram jiwaku kelak.

tak lebih.
kumohon, kembalilah ...

enam

tak perlu kata tuk tunjukan jemu ku.
aku hanya mencoba berdiri diatas angan yang tak pernah menjadi nyata ku.
aku muak ...
terlebih atas rasaku yang sepatutnya menjadi bahagiaku kelak.

tak banyak,
aku hanya menuntut hak atas balasan asa.
terlebih terukur pantas maupun tidak.
beri aku secerca harap agar bisa ku dapat bahagia.

aku muak ...
biarkan aku mati sejenak,
merasa nyaman dibalik hidup yang terasa sesak.
aku diam ..
bukan karna dendam atas cinta yang sulam,
namun sebuah pertahanan atas raga yang geram.

cukup sederhana ...
biar aku rasakan asa ku meski tak lama.
kesempurnaan atas indah yang Kau namakan cinta.

lima

aku tersesat dalam pantai yang tak ku ketahui keramaian berada.
Asing, sama sekali tak pernah ku jamah.
aku berlari namun lelah, tak satu pun damai ku raih.
setiap kali senja berpulang tlah ku sisipkan harap damaiku bersama indah sinarnya.
tanpa aku ketahui damaiku pun tenggelam bersamanya.
kosong ...
untuk kesekian kali ku rasa indah itu semu.
tak banyak Tuhan. aku hanya dambakan kedamaian untuk hidupku.

sekali lagi kuatkan diri.
menopang langkah jasad yg telah lama tak dapat ku tegak kan.
ku kepalkan telapak tangan.
aku muak, Tuhan.
aku muak dgn keterasingan ini.

tak mampu ku melangkah, bahkan aku terasa mati setiap kali ku hembuskan nafas.
nadiku lemah, nyawaku goyah, dan jasadku menyerah.
ku tengadahkan wajah, coba kau lirik parasku ini, Tuhan ...

aku lelah ....
tubuhku menggigil setiap kali dengki ku menyerang.
kapan aku dapat rasakan duniaku, Tuhan ?
kapan aku dapat temukan ruang untuk ku menghela nafas ?
kapan kau biarkan hidupku ramai, Tuhan ?
Aku muak ...
ingin ku ludahi hidupku, menyesali riwayatku.

butakan mataku, tulikan telingaku, bebalkan rasaku atau timbun jasadku bersama tanah tempat ku berasal jika Kau tak juga keluarkan ku dari ruang kosong ini.
Aku benar benar menyerah, Tuhan ...

empat

atas mimpi yang tak dapat menjadi nyata.
Ku biarkan ia tetap menjadi mimpi ku disini
penunjuk hidup yang membuatku berarti.

atas angan yg tak Kau biarkan aku menggenggamnya.
kembali ku biarkan, terlepas sebelum hati ini menyentuhnya
terangkai indah dan hanya mampu ku pandangi.

kini ku hilang arah.
Tak dapat ku temui muara indah.
Merasa terasingkan dunia
terancam akan takdir
tolonglah Tuhan ...
nyawaku lelah
jasadku menyerah ...

terlalu banyak dengki yg ku tanami
mataharipun berpaling
tak pernah ia berikan cahayanya untuk jiwa gelapku ...
tak dapat ku temukan jalan
pandanglah parasku sejenak, Tuhan ..

aku kalah dan menyerah .
tak mampu lagi ku tantang hidupku
jiwaku tlah mati ..
aku lelah bahkan untuk ku tangisi
aku menyerah ...
tak dapat lagi ku bertahan .
Musnahkan saja, Tuhan .
musnahkan nyawaku dan biarkan hidupku menjadi angan yang tlah ku rangkai disana .

tiga

Diam .. !
bungkam katamu, tak perlu kau bersua.
tak perduli kau terjatuh.
tak kan ku biarkan usahamu hancurkan istana sunyi ku dengan lidahmu yg tak tertata.

Diam .. !
aku bungkam karna aku geram.
bisa saja ku lempar ucapmu kedalam rahangmu kembali.
aku geram dan siap menerkam.
Tak peduli kau merasa sesak
kan ku tunjukan, aku diam bukan karna diriku lemah.

Diam .. !
tak perlu menyalahi hadirku.
kau berhati begitupun jasadku.
tak perlu merasa tersudut karna ku menyudutkan .
tak peduli kau merintih
kau pun tlah buat mataku meleleh tanpa sedikitpun rasa iba yg terlukis dalam paras mu.

aku pergi melangkah tanpa ku toreh indah lulisan dibalik tubuh ku.
dengar Hawa ,,
tak perlu kau hentakkan dada mu di depan wajahku.
kau yg memaksaku kembali berjaya.
tak peduli kau mati sekalipun.
tak perlu kau terperangah, hanya itu yang ku harap selama ini.
kau yg telah buat hatiku mati.
Ingat itu Hawa !

Langkahku tak berarti hentikan nistaku.
ambillah cinta mu, tak sedikitpun aku tertarik untuk mencicipinya kembali.
tak perlu perbanyak sanggahan mu.
tak ingin sedikitpun peduli.
Diamlah .. !

dua

Senja itu ku tulis namamu diatas pasir pantai
tak ku biarkan laut menghapusnya meski senja tlah pudarkan sinarnya
ku lingkarkan lengan agar tak ada 1pun air yg kan hapus gores namamu.
Tetap bulatkan mata, tak lepaskan dari pandangan jalan berharap kau segera berlari memeluk ku.
Dan segera kau tau aku berhasil menjaga indah namamu disini

senja itu namamu hampir usang tertiup angin
segera ku ukir kembali meski kayu ukir itu sempat membuat luka dijemariku.
lalu kembali terduduk berharap senja ini kau kan rengkuh hatiku serta balut lukaku.
Dan segera kau tau aku tak kan pernah biarkan namamu usang dalam pandangan.

Senja itu, pasang laut bergerak menghadang namamu
kurasa angin memaksaku beranjak, tapi ku abaikan.
kembali ku lingkarkan lengan mencoba menahan hadangan pasang laut
tak peduli lukaku meluas.
aku ingin kau tau aku berhasil menjaga namamu meski harus ku taruhkan luka ku.

masih disenja itu ...
angin kembali memaksaku beranjak menuju seberkas sinar terang.
aku beranjak meski enggan
tak ku biarkan pandanganku lepas dari ukiran namamu,
tak ingin sesuatu terjadi dgn namamu sesaat setelah aku berlalu.
namun, seketika itu mataku memanas sesaat setelah ku lihat kau ukir nama lain diatas pasir dengan indah senyum mu.
Tak sadarkah kau aku menyaksikan semua ini ?

Dan disenja itu ...
kembali ku ukir namamu diatas pasir.
tanpa lingkaran lengan ku saksikan hembusan angin usangkan namamu dan pasang laut hanyutkan ukiran mu
tak peduli lukaku
tak ingin kau tau sebesar apa aku mencintaimu.
Akupun berlalu seraya pudarnya sinar di senja itu.

satu

terlalu lama terdampar.
mataku mulai menjelajah tepi yg bru saja ku jejakki.
asing dan terasingkan .
ku harap ini hidup baru ku.
Tanpa ia, tanpa mereka.

terlalu lama tertindas ego.
tapi kau tau ? ego yg selama ini kuatkan leherku untuk menopang kepalaku agar tampak terlihat tegap meski hatiku tidak.
aku hanya merasa asing.
ku coba ikuti arah angin mu, tetap saja terasa asing.

aku tak setegar batu karang dilautan sana.
sembunyikan sedihku meski tak mampu.
tak sedikitpun takut ku saat aku terjatuh.
tapi aku terlalu rapuh setiap kali harus ku hirup aroma baru yg kau sebut cinta.

tuntun aku, aku hanya ingin kembali merasa nyaman dengan hidup ku.
rangkul aku, aku tak cukup nyali tuk jelajahi tepian baruku.
mengertilah ...